Senja Ku Berakhir di Batas Janji
Deringan
jam berbunyi dari arah jam waker munggil ku yang menandakan waktunya aku
bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
“Taaraaa…….” Mama memanggil
oiya,
perkenalkan nama ku Tara, nama panjang ku Ulya Tara, tapi setiap ada yang
memanggilku Ulya, bersiap lah jurus karate akan ku keluarkan, karna Ulya itu
salah satu nama orang gila yang ada lingkungan tempat tinggalku. Yaah…. Itulah
aku, yang kata teman-reman aku si cewek tomboy.
“Taraa, cepet dong, nanti kamu telat
lagi ke sekolah” teriak mama kembali lagi pada ku.
“Iya maa… bentar-bentar, lagi ikat
tali sepatu nii” jawab ku yang sebenarnya masih berada di ranjang dengan rambut
yang masih berantakan.
@@@
Lima
belas menit kemudian, barulah siap ku memakai seragam sekolah dan bergegas
turun ke dapur untuk sarapan.
“Pagi
ma…” Ucapku sambil mengecup pipi mama yang juga telah siap-siap dari tadi untuk
ke kantor.
“Pagi
sayang, kok ikat tali sepatunya lama banget sih nak?” Tanya mama menyindir ku.
“Hehe….”
Cengenges ku sambil berlari setelah merampok makanan yang ada di meja makan.
@@@
Setiba
di Sekolah.
“Hay
semua…..” sapa ku pada sahabat-sahabat kelas ku.
Aku
bersekolah di SMAN NUSA BANGSA JAKARTA TIMUR. Sekarang aku masih berada di
kelas 1A. senangnya aku berada di sekolah ku ini, banyak teman-teman yang
bermacam-macam kriteria ada disini.
“Hay
Ra…” balas seorang cowok yang kemudian mendekati ku yang belum sempat duduk.
Dia
adalah anak pindahan yang baru menetap di kelas kami. Namanya Ikal Fahlevi
putra. Dia berasal dari Bali. Dia pindah ke Jakarta karena ayahnya yang
berpindah tugas di sini.
“Ra,
ni ada kue untuk kamu, yaah…. Maaf lah kalo sederhana, anggap aja ni tanda
pertemanan kita, kan aku baru seminggu disini dan kebetulan jugak, kita kan
belum pernah bicara, habisnya sih kamu cuek banget sama akunya” ucap si cowok
itu
“Jadi?”
tanyaku singkat.
“Jadi,
kamu mau kan jadi temen dekat aku” jawabnya sambil berharap.
“Kalo
temen dekat sih gatau yaa, tapi kalo temeenn……aku usahain jugak lah” ucapku
cuek.
“Jadi
selama ini sebagai temen pun aku ga kamu anggap?” Tanya nya dengan wajah
keheranan.
“Biasa
aja lah nanyaknya, kalo iya emang napa? Terserah aku donk. Ahh udah lah ga
penting bicara dengan kamu, yang ada makin nambah kaki aku pegel aja, ga nyadar
apa kamu dari tadi kita berdiri lama cem anak longor”. caci ku cuek sambil meninggalkannya yang juga
bel masuk pun berbunyi.
@@@@
Bel
pulang akhirnya tiba. Tanpa menunggu siapapun aku langsung mencari angkutan
umum untuk langsung menuju ke rumah.
@@@
Setiba
di rumah.
“Ini
kepala rumah tangga yang baik kau bilang?” bentak mama
“PLAAKK….
Apa urusan kau? Ini hidop aku, Semua kebutuhan keluarga ini udah aku penuhi
termasuk kebutuhan anak-anak dan juga kebutuhan kau, apa lagi yang kurang
cobak? Gatau diri kali kau jadi istri” caci ayah sambil menampar wajah mama.
Saat itu diri ini yang tadinya ingin
masuk dalam rumah pun tertahan dan diri ini hanya bisa menahan tanggis di balik
pintu luar. Namun, untuk apa semua ini ku tangisi jika semua ini hanya sia-sia.
Yaah…hanya
nyanyian itulah yang sering aku dengar dari dalam istana ini yang bagaikan
neraka bagiku.
Menurut
ku, bukanlah salah abang-abang ku yang menjadi liar di luar sana karena
kurangnya perhatian dari ayah dan mama yang sibuk dengan karirnya masing-masing
dan juga ditambah lagi dengan kemesraan mereka yang palsu di depan kami,
anak-anak mereka. Apalah daya kami saat ini atas segala kekerasan dan keegoisan
yang dimiliki oleh kedua orang tua kami itu.
@@@
Keesokan
harinya, aku telat pergi ke sekolah karena tidak ada yang membangunkan ku
bahkan jam weker mungil ku itu pun sama sekali tidak bernyanyi seperti
biasanya, maklumlah aku lupa membelikannya baterai.
Setiba
di sekolah, aku pun langsung di kejutkan oleh seorang cowok yang menyebalkan di
depan pintu kelas, rupanya dia sudah lama mempersiapkan kejutan itu untuk ku,
entah apalah mau si cowok itu pada ku.
“Hey
Ra” tegurnya sambil tertawa kecil melihat ku terkejut karenanya.
“Heh..
apaan sih, bikin aku kaget aja, gadak kerjaan kali kok?” tegas ku dengan muka yang
masam.
“Heyheyhey…..
marah? Maaf deh Ra kalo kamu marah. Abisnya sih kamu cuek banget sama aku, aku
kan juga mau temenan sama kamu. Oh iya… ni aku bawain kue kesukaan kamu” ucapnya
sambil menyodorkan kue blackforest yang memang kesukaanku.
“Kal,
apa sih mau kamu? setiap hari kamu kasi aku kue, kamu pikir aku ini apa? Kalo
mau temenan bukan gini caranya Kal” ucapku dengan nada pelan tapi kesal.
“Aku
mau no hp kamu dan tujuan aku ngasi kamu kue, biar harapan aku tercapai yaitu aku
pengen kamu selalu senyum jangan cemberut aja mukaknya jelek tau” jelasnya yang
membuat jantungku berdegup kencang tak menentu.
“Yaudah…
tapi kan kamu bisa minta sama temen-temen yang lain nomor aku, ga mesti
langsung ke aku kan Kal?” jelasku keheranan.
“Aku
gamau minta sama temen-temen yang lain, aku mau mintanya sama kamu
langsung biar sah dan itu tandanya kita
udah jadi temen, hehehe….” Ucapnya sambil cengengesan.
“Huuh….
Sini lah Hp kamu” pintaku yang kemudian memberikan no hp ku padanya.
“YEESSS………
akhirnya, eittsss…… senyum dulu donk, PLEASE……” pintanya memaksa ku yang dari tadi
memasang muka sinis padanya.
“Eemmm”
senyum ku sinis.
@@@
Malamnya
di rumah, saat ku bersiap-siap untuk
tidur, tiba-tiba hp ku berdering, saat itu aku binggung harus mengangkatnya
atau tidak.
“Siapa
lu ni malam-malam nelfon? Angkat ga yaa… kalo angkat nanti ketauan mama, tapi
kalo ga angkaaat…… ahh ga aja lah” ucap ku sambil meriject panggilan dari
seorang itu.
Tak
lama kemudian sms pun masuk.
hy Ra, ni aku IKAL.. kok di matiin?
Mf yaa klo buat kmu ganggu,
aku Cma mw mastiin ja
kmu bhong apa ga ma aku :D
Yaudalaa ga usah di blas gy
aku uda ykin kok kmu tu Tara
dah lu yaa Ra J
gd nght J hv a nc drm yach J
besok jangan lupa senyum tu
Ternyata
dari si cowok itu. entah mengapa dari smsnya barusan seperti membawa ku lebih
dekat dengannya, apalah gerangan itu aku pun masih belum tau jelas rahasia apa
yang tersimpan di balik cerita ini.
@@@@
Hari
demi hari telah ku lewati hingga sampailah pada jangka waktu setahun. Yaah…
sudah setahun lamanya aku melewati ini semua tanpa adanya perubahan dalam
hidupku. Ayah dan mama masih bertengkar, abang-abang ku masih berkeliaran
malam. Tapi, ada satu perubahan yang membuatku merasa bagai akulah pemilik
segalanya, “IKAL” cowok nyebelin itu yang membuat ku seperti ini, aku dan ikal
telah menjalin hubungan selama 2 bulan, dia menembak ku saat libur panjang
kenaikan kelas. Saat itu aku menerimanya dengan perasaan yang sangat jenuh
melihat ayah dan mama yang selalu bertengkar dan saat itulah hanya dia yang
menjadi penghibur dan penyemangat ku walau dulu hati ku tak ada rasa sedikit
pun padanya saat dia menembakku. Namun, saat ini perasaan ku kepadanya sangat
jauh berbeda, semakin lama aku semakin merasa dialah keabadianku dan dialah
tempat kedamaian ku.
@@@@
Keesokan
harinya, saat pulang sekolah, aku dan Ikal sudah janjian untuk pulang bersama.
“Ra,
bentar yaa aku ambil motor ku dulu di parkiran” ucap Ikal yang kemudian
meninggalkan ku.
“Cepet
yaa kal” jawabku bawel.
Saat
itu, cuaca sangat panas, teriknya matahari membuat ku berteduh di suatu pohon
yang berada di samping lapangan basket sambil menunggu Ikal mengambil motornya.
Sesaat kemudian Ikal datang bersama motornya.
“Yuk”
ajak Ikal padaku
“Lama
banget kok kal” ucapku sambil berjalan ke arahnya.
“Iyaiya
maaf tadi aku kecarian kunci eitss rupanya di kantong baju aku hehehe maaf yaa
say” ucap Ikal pada ku
“Eh
kal, coba deh liat, itu ayah aku” ucapku yang dari tadi memperhatikan seseorang
yang berada di depan gerbang sekolah.
“Eh
iya Ra, kayaknya ayah kamu mau jemput kamu tu Ra” kata Ikal memberitahu.
“Pastinya
lah Kal, kok tumben yaa? Ahh udahlaa…. Aku tempat ayah aku yaa kal, maaf banget
kal aku ga bisa pulang bareng kamu hari ini, maaf yaa kal” ucap ku meminta maaf
pada Ikal yang sudah membatalkan janji untuk pulang bersama.
“Iyaa
Raa…. Ga papa kok Ra, kan besok masih bisa, nyantai aja deh kamu, aku ga
apa-apa kok, kamu tenang aja yaa”ucapnya sambil mengelus-elus kepala ku.
“Oke
kal, hati-hati yaa di jalan, bye” jawab ku yang kemudian berlari menuju
gerbang.
Tak
berapa lama, aku yang dari tadi berada di dalam mobil dan duduk di samping ayah
hanya diam, tak ada terbesit sepatah kata pun antara aku dan ayah. Beberapa
menit kemudian,
“Kira-kira
dimana yaa tempat makan siang yang enak ya nak?” Tanya ayah padaku yang
memuncahkan keheningan kami dari tadi.
“Emm
terserah ayah aja lah, aku ikut ayah aja” jawab ku
“Oke
lah, kalo gitu ayah mau bawa kamu tempat makan favorit ayah dulu, mau?” ucap
ayah.
“Oke
yah” balas ku.
@@@@
Setiba
di rumah makan, aku dan ayah langsung masuk dan mencari tempat duduk, ayah
menarik ku pada tempat duduk yang bernomor 19.
“
Oke Ra, mau makan apa?” Tanya ayah langsung menawarkan.
“Eemmm”
fikir ku bimbang.
“Oke
kalo gitu, martabak mesirnya 2 dan teh dinginnya jugak 2 yaa” pinta ayah pada pelayan tanpa menunggu
ku menjawab menu apa yang akan aku pinta.
“Lho..
kok martabak mesir dan teh dingin sih yah?” ucapku jengkel.
“Dulu,
saat ayah dan mama mu masih muda, dan gaji ayah pun masih pas-pasan, kami
sering banget pergi makan di sini, dan menu favorit kami pun tak lain dan tak
bukan yaa martabak mesir dan teh dingin” ucap ayah menjelaskan.
“Jadi,
kanapa sekarang enggak?” Tanya ku.
“Banyak
faktor yang membuat kami semakin lama semakin menjauh, ayah sadar kurangnya
perhatian yang ayah berikan pada kalian semua. Tapi, ayah ga habis fikir dengan
kesibukan mama mu di luar sana, hal itu lah yang sering membuat kami selisih
faham, ayah meminta mama mu berhenti menjadi wanita karir, tapi bagi mama mu,
pekerjaan segalanya dalam hidupnya karena menjadi wanita karir adalah impiannya
sejak kecil. Sekarang ayah sadar, kalo apa yang ayah lakuin selama ini salah,
maafin ayah yaa Ra, ayah janji akan menyempatkan waktu luang untuk kalian
semua. Ayah janji Ra, ayah janji” jelas ayah pada ku yang membuat air mata ini
tak sanggup lagi ku tahan.
“Iya
yah, tara ngerti kok, biar gimana pun, mama dan ayah adalah orang tua tara dan
yang lainnya. Tara senang ayah mau berubah, tapi 1 hal yang pengen kami minta sama ayah dan mama” pintaku.
“Apa
pun itu, selagi ayah mampu, katakan nak” ucap ayah sambil menggenggam tangan
ku.
“Kami
mau ayah dan mama akur ga bertengkar lagi, ayah tau Gimana sakitnya kami semua
setiap ngeliat kalian selalu bertengkar? Karena kalian bang ukan dan bang ula
ga pernah betah di rumah dan karena selalu mikirin kalian jugak, pikiran Tara
penuh yah, Tara selalu mikirin kapan keluarga kita kembali utuh? Kapan ayah dan
mama ada waktu sedikit aja untuk tara? Sampek-sampek rangking Tara pun selalu
rendah di kelas yah, Tara ga sanggup kalo terus-menerus kayak gini yah, karna
itu, tolong! Perbaiki semuanya yah. Tara sayang ayah” ucap ku sambil menangis
di atas bahu ayah.
“Maafin
ayah nak, ayah janji, ayah akan perbaiki semuanya dari awal, ayah juga sayang Tara
dan lainnya” jawab ayah yang juga tak sanggup menahan air matanya.
@@@@
Semenjak
saat itu, ayah selalu berusaha untuk menempati janjinya itu, sekarang ayah
menjadi lebih sabar dalam menghadapi mama yang masih sibuk dengan kesibukan
kantornya dan lebih banyak menyempatkan waktu berlibur untuk kami anak-anaknya.
@@@@
Setahun
kemudian, aku telah menginjak kelas 3 SMA. tahun ini, banyak perubahan dalam
kehidupan ku. Kini, ayah dan mama telah akur, abang-abang ku kini mereka lebih
fokus pada kuliah mereka masing-masing dari pada menjadi anak liar di tengah
kota yang tidak jelas dan kini pun, nilai ku selalu di atas rata-rata. Sungguh,
ini baru hidup ku.
Masalah
hubungan aku dan Ikal, sampai sekarang baik-baik saja. Bahkan, semakin lama
kami telah mengenal karakter masing-masing dan kasih sayang ini semakin besar
antara aku dan Ikal. Kini hubungan kami telah menginjak setahun sepuluh bulan.
2 bulan lagi, hubungan kami akan berjalan 2 tahun. Bisa di bilang hubungan yang
lama. Sampai sekarang dan sampai detik ini, Ikal tak pernah membuat ku merasa
jenuh dalam hubungan kami ini, bahkan dia selalu memberikan senyuman manisnya
itu pada ku yang sampai sekarang tak pernah bisa mengerti akan perasaan batin
apa yang sedang menghujaninya. Kesabaran dia, perhatian dia, kesetiaan dia,
karena itulah perasaan ini enggan untuk kehilangannya. Dia terlalu baik
untukku, kadang aku merasa tak pantas menjadi seorang yang ia sayangi. “Ra, aku
sayang kamu, aku janji gakan tinggalin kamu sekali pun kamu nyakitin akuJ”
kata-kata itu lah yang sering dia ucapkan setiap kali aku mau tidur. Namun
sayang, tak pernah aku membalas sayangnya itu padanya. Bukan maksud aku ragu
atau pun ingin menyakiti perasaan dia, tapi aku takut Ikal akan kecewa nantinya
pada ku. Selalu perasaan takut yang menghantui ku setiap aku ingin membalas sms
nya itu. Mungkin hanya kata maaf yang terpendam dalam hati yang mampu ku
persembahkan pada dia orang yang aku sayang.
@@@@
1
bulan kemudian
“Huuh…..
untung ni malam minggu, jadi aku bebas deh besok bangun jam berapa hahahaay”
ucap ku dalam hati.
Malam
minggu ini, aku dan keluarga yang biasanya jalan-jalan malam, kini kami
terpaksa menetap di rumah saja karena pekerjaan ayah yang memang tak bisa di
ganggu gugat lagi. Karena itu lah, malam minggu ini aku hanya menetap di kamar
kesayangan ku. Sesaat kemudian,
“1 pesan di terima”
Tanpa
ragu aku pun langsung membuka sms itu.
Ikal
: Hy Raa J
Ternyata
Ikal, “Ahh…. Kal, aku lagi males smsan ni, maap yaa kal, maap jugak aku ga
bales sms kamu, I miss u” ucapku dalam hati sambil mencampakkan hp jauh-jauh
dari ku.
Malam
itu, entah mengapa diri ini enggan rasanya untuk membalas sms dari siapa pun
temasuk Ikal. Sudah 5 kali berturut-turut Ikal sms aku dengan isi yang sama dan
rasanya diri ini masi enggan untuk membalas sms-sms darinya. Sampai-sampai aku pun langsung menjauhkan hp
dari ku.
@@@@
Senin
pagi.
“Hay
Ra” tegur Riko salah seorang teman dekat Ikal.
“Hay
Rik, Ikal mana? Biasa bareng kamu?” Tanya ku ingin tahu.
“Jadi
kamu gatau apa-apa Ra?” Tanya Riko kaget.
“Tau
apa? Ikal sakit? Dia kenapa? Cepet donk jawab Rik, jangan bikin aku penasaran
dong Rik” ucap ku penasaran.
“Emmm
gimana yaa Ra, kita ke kantin aja yuk, ga enak cerita disini.” Ucap Riko sambil
menarik tangan ku ke kantin.
Sesampainya
di kantin.
“Ayo
Rik, kamu nunggu apa lagi? Cerita dong” ucapku makin penasaran.
“Emm…..
Ikal Ra, Ikal….” Jawab Riko gugup.
“Iya..
Ikal kenapa Rik? Ada apa dengan Ikal? Kamu jangan bikin aku takut gini deh Rik”
ucap ku geram.
“Ikal,
udah pergi ke luar negeri” ucapnya singkat.
“Whaat?
Yang bener aja kamu? Kok dia ga bilang-bilang sih sama aku? Emang ngapain dia kesana Rik?” Tanya ku ingin
tahu.
“Yaah…..
aku ga boong kok Ra, dia ke sana karna dia mengidap penyakit Ra, Ikal mengidap
kangker otak dan udah stadium 3 Ra” ucap riko
Saat
itu, tubuh ini hanya bisa terpaku bagaikan kelumpuhan yang menggangguku, aku
bagaikan kehilangan keabadian seorang itu, dan saat itu air mata ini tak
sanggup untuk ku bendungnya.
“Mungkin
dia gamau bilang karena dia takut buat kamu kepikiran Cuma gara-gara dia, Ikal
pernah pesan sama aku, dia bilang tolong jangan kasi tau kamu tentang penyakit
dia ini sebelum dia pergi berobat. Jujur! Ikal sayang banget sama kamu, karena
itu dia gamau bilang-bilang penyakitnya ini, dia takut kehilangan kamu, karena
kamu juga, dia seperti mendapatkan sebuah kebahagiaan yang di berikan oleh
Tuhan melalui kamu Ra” jelas riko dalam tanggisannya.
“Tuhan………
mengapa bukan aku saja yang kau berikan penyakit itu, kenapa harus dia orang
yang ku sayang Tuhan? Tuhan, aku mohon dengan sangat pada-Mu biarkan lah dia
menikmati kebahagiaannya itu Tuhan. Dia seorang yang aku sayang, dan dia juga
seorang yang baik Tuhan. Setega itu Kau merusak kebahagiaannya Tuhan? Tuhan…berikanlah
kekuatan padanya yang berada jauh di sana” ucapku yang beriring dengan tangisan
yang deras.
“Udah
Ra, udah…. Kamu tenang yaa, kita disini Cuma bisa berdoa agar Ikal mendapatkan
yang terbaik disana. Amiiin”. Ucap riko menenangkan ku.
@@@@
Hari
berganti hari, minggu pun ikut berganti berdasarkan waktu. Tak di sangka, semua
berjalan seburuk ini. Tak ku sangka, waktu yang ku jalani tanpa mu di sisi ku,
membuat senyum ini selalu berubah menjadi tanggis. Dia yang ku sayang kini
dalam kesakitan, dia yang ku sayang kini tengah meminta pertolongan diluar
sana. Tak bisa ku bayangkan apa kabarnya Ikal sekarang? Apalah arti diri ku
ini?
Kini,
tak ada lagi yang mengucapkan selamat malam setiap ku ingin tidur. Tak ada lagi
kata sayang atau pun janji setianya untukku. Padahal besok adalah hari jadian
aku dan Ikal yang genap sudah 2 tahun. Namun, semua ku jalani tanpanya walau
pahit terasa, tapi ku harus tetap yakin, dia baik-baik saja disana walau secuil
kabar tentangnya pun tak pernah lagi ku dengar.
@@@@
Keesokan
harinya,
“Taraa….
Bangun nak” mama membangunkan ku.
“Ada
apa ma? Ini hari libur lho ma bukan hari sekolah” ucapku sambil tidur kembali.
“Iya,
mama tau kok, tu ada temen kamu di depan” kata mama memberitahu.
“Siapa
ma pagi-pagi gini udah datang?” Tanya ku penasaran.
“Mama
gatau, ah udah cepet kamu cuci muka terus temuin tu kawan kamu, jangan
lama-lama tu, sayang kawan kamu nunggu lama” tegas mama.
Aku
pun langsung bergegas mencuci muka dan menemui
seorang teman itu.
“Riko?
Ada apa ki pagi-pagi gini kamu datang?” tanyaku penasaran.
“Ra,
Ikal Ra…. Ikal…..” jawab Riko dengan nada seperti menahan tanggis.
“Ikal?
Ikal kanapa Rik? Cepet ki” Tanya ku khawatir.
“Ikal
udah….udah…..” ucap Riko tersenggang-senggang.
“Ikal
udah pulang Rik?” Tanya ku gembiranya luar biasa.
“Iya
Ikal…..Ikal udah pulang, tapi….tapi….” ucap riko dengan nada yang sama.
“tapi
apa rik? Tapi Ikal udah sembuh? Iya? Yaudah dari pada buang-buang waktu ga
jelas kayak gini, yuk kita ke rumah Ikal aja yuk, aku ga sabaran lagi pengen
ketemu sama dia, iiiiii……….. kangen kali lah sama Ikal ku hahahay….. yuk Rik”
ucap ku yang langsung menarik tangan R\iko untuk pergi ke rumah Ikal.
Sepanjang
perjalanan ku ke rumah Ikal, fikiran ku di penuhi dengan rasa penasaran dengan
keadaanya sekarang. Sungguh, betapa bahagianya aku, rasanya ingin segera
bertemu dan memeluknya.
Setiba di rumahnya, aku melihat bendera merah
yang diikat dipagar depannya dan halayak orang ramai berkunjung di dalam maupun
luar rumahnya. Sebenarnya apa yang terjadi? Pelan…..pelan…. ku masuk ke halaman
terasnya dan karena penasaran, aku pun bertanya pada salah seorang disana.
“Maaf
pak, numpang nanyak, siapa yaa yang meninggal?” Tanya ku penasaran.
“Yang
meninggal putra dari pak Drs.fahlevi yang namanya Ikal Fahlevi Putra yang udah
mengidap penyakit kangker otak stadium 4, adek ini siapanya ya?” ucap salah
seorang disana.
“IKAL?
Innalillahiwainnaillahiraji’un” ucap ku histeris.
Lemah,
tak percaya, ini tak mungkin. Semuanya yang ada dalam diri ku bagaikan
terhanyut dalamnya sebuah keabadian. Saat itu dengan deraian air mata, tertatih
sedikit demi sedikit ku masuk menyusuri halayak ramai yang tengah membacakan
lantunan Yasin untuk seorang insan yang sangat ku sayang kini telah tak
bernyawa. Berlahan-lahan ku dekati tubuh tak berdaya itu, ku tatap wajahnya
untuk yang terakhir kalinya, walau sebuah nyawa telah tiada, namun senyuman itu
masih tetap terpancar dari raut wajahnya.
Saat
itu, tubuh ini serasa gemetar. Aku tak tahan dengan semua ini. Dan aku bagaikan
berada dalam kegelapan. Namun dalam kegelapan itu, aku melihat sebuah cahaya
yang sangat terang. Aku pun langsung menyusuri seberkah cahaya itu. namun, saat
ku telah berada dekat dari cahaya itu, aku melihat Ikal dengan senyum manisnya
itu, dia berada dalam cahaya terang itu. Saat ku menyusuri seberkah cahaya itu,
aku terbangun. Ternyata aku pingsan saat melihat jenazah Ikal di kebumikan.
“Eh
Ra, udah bangun? Sini minum dikit tehnya biar enakan dikit badan kamu” sambut riko saat menyadari aku terbangun dari
pingsan.
“Ki,
ini mimpi kan? Ikal mana?” Tanya ku tak percaya.
“Ra,
ga baek kalo kamu begini terus-menerus . Ga baek tau, mungkin inilah jalan
terbaik dari Tuhan untuk Ikal. Dia udah tenang di alam sana, jangan lagi kamu
tanggisi dia, yang ada dia sakit disana.” Ucap Riko menenangkan ku.
“Iya,
maaf… tapi kenapa dia harus pergi saat hari jadian kami yang udah genap 2
tahun? Dia tega sama aku, kenapa dia yang aku sayang malah pergi gitu aja tanpa
pamit sepatah kata pun untuk aku yang sangat merindunya.”
“Yaudah
lah. Eemmm Ra, ni ada titipan surat dari mamanya Ikal untuk kamu”ucap Riko
sambil mennyodorkan amplop berwarna abu-abu pada ku.
@@@@
Malam
yang ku lalui tanpa kiriman sms darinya lagi, membuat ku merasa merindu. Rindu
akan perhatiannya, rindu akan senyum manisnya, rindu akan kasih sayang yang
tulus dia berikan pada ku dan rindu akan janji-janji setianya itu pada ku.
Namun sayang samua telah berlalu.
Duduk
termenung sambil menggenggam hp dengan harapan sebuah pesan masuk datang dari
yang namanya “Ikal Say*” namun lama ku menunggu, tiba-tiba mata ini menuju ke
arah sebuah meja belajar yang diatasnya ada sebuah surat berwarna abu-abu. Langsung
ku menuju meja belajar dan membuka segera isi amplop tersebut.
Dear my love
Sebelumnya, hanya kata maaf yang bisa ku tuturkan
melewati tulisan tangan ku ini, maaf ! karena aku tak memberitahu mu masalah
penyakit yang telah lama ku derita sebelum aku mengenalmu. Aku menyayangi mu Tara,
oleh karena itu, aku takut hanya karena penyakit ku ini, aku akan kehilangan
kamu. Aku tak sanggup untuk itu. Dan aku takut. Aku tak bisa lagi melihat
senyum manismu itu untukku. Karena, kesenanganmu adalah senyuman bagi ku.
Gembiramu itu suatu perasaanku yang tiada terkira. Sayang, untuk sekarang dan
selanjutnya, senyuman itu tak bisa ku temukan lagi.
Tara, aku akan pergi, memang ini bukan mau ku, tapi
apa salahnya aku melawan pengkhianatan penyakit ini pada diri ku. Aku kalah
dengan penyakit ini.
Tara, “aku sayang kamu” hanya ungkapan itu yang mampu
ku torehkan di atas lembaran putih ini yang sekarang telah berada dalam
genggamanmu.
Maaf dan terima kasih telah menjadi penyemangat
hidupku. Jangan menangis, aku akan tetap ada untuk mu Tara. Takkan ku lupakan
janji setia ku bersama mu. Suatu saat nanti kau kan menemukan kesenjaan janjimu.
Percayalah, tanpa aku senyuman itu kan tetap tersirat
dari raut wajah manis itu. Selamat tinggal sayang, tutuplah kenangan ku bersama
senyum indah mu.
Salam sayang
(Ikal Fahlevi Putra)
@@@@
mungkin itulah surat terakhir dia untukku, senja
ku kini berganti malam. Namun takkan ku biarkan malam itu terus menetap, kan ku
ganti senjaku bersama cerahnya sinar matahari pagi. “IKAL FAHLEVI PUTRA” nama
itu kan tetap tersirat dalam sebuah kenangan terindah ku.
“Selamat jalan senja senyuman ku, kan kunanti
kapan batas janji itu datang pada ku, kini tak kan ku siakan lagi jika suatu
saat janji senja mu akan datang membawa kehidupan baru untukku”
TERIMA KASIH
Riwayat Penulis
Nama
: Maula Salsabila
Tempat / tanggal lahir : Langsa / 28 februari 1996
Alamat : Langsa, P.B.Teungoh,
Jalan
P.Hamzah
Riwayat Pendidikan :
TK
: Al-Azhar Langsa
SD : Min Paya Bujok Kota Langsa
SMP : Mts. Ulumul Qur’an Yayasan
Dayah Bustanul Ulum Langsa
SMA : Sman Unggul Aceh Timur
Hobi : Membaca dan membuat
kata-kata penyemangat
Cita-cita : menjadi psikolog terkenal
Email : Smaula@ymail.com